Jumat, 24 Februari 2012

Mahasiswa Unair Tolak Drop Out (DO) Mahasiswa


FAM Unair-teatrikal
Kebijakan evaluasi akademik di kampus Universitas Airlangga (Unair) terus menuai kontroversi. Terlebih lagi, akibat kebijakan evaluasi akademik yang dinilai bermasalah itu, puluhan mahasiswa mengalami pencekalan akademik dan dipaksa mengundurkan diri sebagai mahasiswa. 
Laskar Mahasiswa Republik Indonesia (LAMRI), salah satu organisasi mahasiswa yang aktif membela hak-hak mahasiswa, menganggap tindakan pejabat Unair itu sangat arogan dan semena-mena.
“Evaluasi akademik itu mestinya membantu mahasiswa yang kurang mampu secara akademik agar menjadi lebih baik. Ini malah dipaksa mengundurkan diri,” kata humas LAMRI, Fareza Rahman, di Surabaya (21/2/2012).
Selain itu, menurut Fareza, evaluasi akademik pada semester ini terasa sangat aneh dan janggal. Jika mengacu pada peraturan Rektor Unair nomor 11/H3/PR/2009 tentang peraturan Pendidikan Universitas Airlangga, maka evaluasi akademik punya jadwal tertentu.
Untuk mahasiswa D3, evaluasi akademik mestinya dilakukan pada setiap semester genap pada akhir dua tahun pertama dan akhir tahun ketiga. Sedangkan untuk mahasiswa S1, evaluasi akademik mestinya dilakukan pada semester genap di akhir tahun kedua dan akhir tahun keempat.
“Ini malah evaluasi akademiknya dilakukan pada semester gasal dan belum memasuki akhir tahun kedua,” kata Fareza.
Menurut Fareza, kesalahan mekanisme ini sudah coba disampaikan kepada birokrasi fakultas dan universitas. Akan tetapi, pihak kampus terlihat mengabaikan protes dari para mahasiswa.
“Bahkan mereka dengan entengnya malah menyodorkan surat pengunduran diri dari Unair kepada para mahasiswa korban,” ungkapnya.
Sejauh ini, berdasarkan catatan LAMRI, sudah ada 18 mahasiswa dari Fakultas Sains dan teknologi (FST) dan 2 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang menjadi korban kebijakan itu.
LAMRI sendiri memperkirakan jumlah korban masih akan bertambah. Pasalnya, pihak Unair tidak membuka informasi perihal kebijakan ini. “Para korban umumnya mengetahui di cekal proses akademiknya pada saat hendak akan membayar SOP (Sumbangan Operasional Pendidikan),” ungkapnya.
LAMRI menuntut agar proses evaluasi akademik tidak hanya melemparkan kesalahan kepada individu mahasiswa. Sebab, naik-turunnya prestasi akademik juga dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti pemadatan kurikulum, sistem pembelajaran dosen terhadap mahasiswa yang kejar target, masalah ekonomi keluarga mahasiswa, situasi psikologis pribadi mahasiswa dan lain sebagainya.
ABDUL MUNTHALIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar