Jumat, 03 Februari 2012

Bagaimana Kuba Memperjuangkan Hak-Hak Kaum LGBT


mariela-castro
Sejak tahun 2008, sebuah perubahan penting dirasakan oleh kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) di Kuba. Saat itu, individu LGBT diakui haknya untuk mengubah kelamin secara legal. Proses operasinya digratiskan oleh negara melalui sistem kesehatan gratis universal. 
Ini adalah sebuah perubahan besar. Maklum, pada masa awal revolusi, kaum LGBT mendapat stigma yang mengerikan dan tidak diakui pemerintah. Kemudian, setelah melalui perjuangan yang panjang, hak LGBT pun diakui negara. Pada tahun 2010, Fidel Castro meminta maaf kepada kelompok LGBT. Ia mengatakan diskriminasi di masa lalu adalah salah dan sebuah musibah.
Adalah Mariela Castro, anak perempuan Raul Castro dan sekaligus keponakan Fidel Castro, yang memimpin perjuangan hak kaum LGBT ini. Ia adalah direktur Pusat Nasional untuk Pendidikan Seks. Lembaga ini sangat aktif mengorganisir kampanye dan perjuangan untuk hak LGBT.
Hari ini, kaum LGBT di Kuba sudah sejajar dengan masyarakat lainnya. Mereka bisa tampil di depan umum, mendapat layanan sosial, mendapat pekerjaan apapun, dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.
Mariela Castro sudah memperkenalkan RUU hak sipil di Majelis Nasional Kuba beberapa waktu lalu. Meskipun awalnya tidak lolos, tetapi RUU kembali diajukan tahun ini dan sudah memasuki tahap penelitian. UU ini akan melarang diskriminasi karena perbedaan orientasi seksual, baik di tubuh partai Komunis maupun di ranah publik.
Pejuang LGBT di Kuba bertekad terus membuat kemajuan. Di sejumlah daerah Amerika Serikat sendiri, perubahan alat kelamin masih dianggap illegal. Selain itu, di negeri paman sam itu masih ada hukum sodomi.
Jika RUU yang diajukan oleh Mariela Castro sukses di parlemen, maka Kuba akan menjadi negara terdepan dalam perlindungan hak LGBT. Hal ini juga membuktikan komitmen negeri sosialis itu untuk menegakkan Hak Azasi Manusia (HAM) yang sebenar-benarnya.
Dua negara sosialis lainnya, Vietnam dan Tiongkok, mungkin akan terdorong mengikuti jejak Kuba. Di Tiongkok sendiri, Li Yinhe, seorang seksolog dan pengajar di Akedemi llmu Sosial Tiongkok, telah memperkenalkan UU perkawinan sesama jenis.
Lin Yinhe adalah anggota Konferensi Konsultasi Politik Rakyat Tiongkok. Dengan posisinya itu, ia cukup mudah berkampanye dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak LGBT. Tapi, Tiongkok memang masih sangat jauh di belakang Kuba.
Di Vietnam, suasana perbincangan soal LGBT juga meningkat. Banyak kaum muda yang menyatakan bersimpati dengan hak-hak kaum LGBT. Kampanye yang paling massif di sana adalah soal jaminan kesehatan bagi LGBT, khususnya untuk mengantisipasi HIV/AIDS.
Dengan kemajuan yang dicapai kaum LGBT di Kuba, boleh jadi negara kepulauan itu sudah berada diambang ‘kesetaraan’. Mungkin negeri itu pula yang paling terdepan dalam melemparkan segala bentuk diskriminasi yang menghalangi kesetaraan antar sesame umat manusia.
MIKE LADO (Peoples World)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar